Selasa, 05 Agustus 2008

Kasus Ryan gak perlu dibicarakan terus

Weksz, semakin hari kita makin dipermainkan oleh para pedagang kelas kakap. Misalnya masalah kriminal yang semakin banyak jadi berita utama, dengan cara pemberitaan yang (katanya) lugas dan terperinci.

Jika dipikir, siapa sih yang menciptakan monster-monster berdarah dingin, membuat orang bisa dengan mudah melakukan tindak kejahatan, atau siapa sih yang membuat Ryan hingga berbuat kejam? Lingkungan.

Kita tau bahwa semua bayi terlahir polos, bagaikan selembar kertas putih yang tak ternoda dan sama sekali tidak tau kejahatan. Namun berkembangnya seseorang menjadi 'keras' adalah karena ‘tinta yang ditulis’ oleh lingkungan. Sehingga terciptalah orang-orang yang kita sebut 'penjahat'. (Tindakan Ryan memang salah, namun jangan sampai Ryan menjadi inspirasi bagi orang lain untuk melakukan tindakan serupa)

Dalam hal ini, alangkah lebih baik, jika pers lebih berhati-hati dalam penyajian berita. Informasi apapun memang akan disantap nikmat oleh masyarakat, namun janganlah fenomena tersebut menjadi sasaran empuk buat pengusaha dan insan media untuk mencari uang, tanpa selektif memuat kalimat atau gambar, karena berita yang memuat "hal-hal kriminal bisa menjadi inspirasi bagi orang berjiwa lemah untuk berbuat jahat".

Perlu disadari penyimpangan ‘Demokrasi Pers’ pada saat sekarang semakin sering mengeksplore berita tanpa memikirkan dampak negatifnya, termasuk program infotainment yang aktif membuka aib orang, maupun program-program yang ‘menghasut’. Bukankah ini dapat mengajarkan dan memicu anak-anak untuk terbiasa ‘keras – jahat – membicarakan aib’

Yuk, kita sama-sama menyadari bahwa informasi pers perlu diperhatikan dengan baik, karena pers merupakan salah satu ujung tombak pendidikan bangsa yang dapat memberi dampak positif maupun negatif. Berita kriminal maupun infotainment akan lebih baik hasilnya, jika dikemas dengan penyajian yang ‘halus’ dan tidak ‘kasar’.

Mari kita mendidik bangsa dengan tulus

Tidak ada komentar: