Selasa, 05 Agustus 2008

Pedagang mengecoh bangsa kita secara turun temurun

Membicarakan “semakin hari kita makin dipermainkan oleh para pedagang kelas kakap”, banyak hal yang bisa menjadi contoh. Diantaranya yang dilakukan pertama kali oleh para pedagang Amerika yang menciptakan hiasan natal dengan ‘salju’ (disesuaikan dengan kondisi alam Amerika pada saat natal). Selanjutnya memanfaatkan agama sebagai ‘penghasilan’ pribadi terus berkembang di seluruh dunia dan dianggap sah.

Jika ditelaah pada saat kelahiran Yesus Kristus atau Isa Almasih, di tempat kelahirannya jelas tidak ada salju. Namun para pedagang kelas kakap itu mampu merobah pandangan ‘dunia’ dan mempopulerkan hal tersebut sehingga secara turun temurun kita terkecoh. Alangkah lebih baik, jika hiasan natal atau yang berkaitan dengan agama memang diciptakan untuk lebih mendidik (tentang kelahirannya), dengan cara hanya menciptakan produk yang sesuai keadaan asli (sejarah) nya.

(Atau jika kita mau meng-improvisasikan hiasan, kenapa kita mesti berkiblat pada negara lain? Kenapa tidak mengembangkan ide sendiri atau keadaan tanah air sendiri?)

Lalu berhati-hatilah dengan program berbunyi ‘diskon’ atau ‘beli ini berhadiah itu’ yang sering membuat masyarakat semangat (kalap) berbelanja. Sejujurnya, hal itu bukanlah sebenar-benarnya diskon, namun hanya ‘pura-puranya’ diskon, karena dalam memproduksi sesuatu ada yang namanya ‘harga pokok penjualan’, dimana penjual tidak akan pernah menjual produknya di bawah biaya produksinya. Umumnya, pedagang meng-kalikan nilai produk minimal 2 kali harga pokok (bahkan lebih), baru didiskon sedikit.

Semoga masyarakat semakin pintar mensiasati keinginannya berbelanja dan hanya membeli hal-hal yang sangat diperlukan, terutama dalam membeli produk yang mendidik anak-anak

Tidak ada komentar: